www.smktelkom-jkt.sch.id

Selasa, 06 Maret 2018

INSTALASI JARINGAN LAN DENGAN FIBER OPTIK

Jaringan LAN untuk gedung gedung yang besar seperti Perkantoran, Mall atau Apartemen, saat ini sudah menggunakan kabel Fiber Optik karena jika menggunakan kabel UTP atau STP keterbatasan jarak dan kecepatan/bandwidth, disamping itu juga adanya gangguan interferensi dan induksi sinyal listrik dari luar.
Jaringan Fiber Optik mempunyai kelebihan yaitu mempunyai Loss atau redaman yang relatif sangat kecil dan tidak mengandung sifat elektrik sehingga kebal terhadap interferensi gelombang radio atau induksi sinyal listrik. Dengan sifatnya tersebut maka Fiber Optik aalah pilihan yang tepat digunakan sebagai jaringan LAN pada Gedung gedung yang besar.

Jaringan LAN pada Gedung Besar menggunakan Fiber Optik

Alat utama yang digunakan adalah diperlukan E/O optical converter, seperti pada gambar di bawah ini. Alat ini sudah banyak dijual baik ditoko perlatan komputer atau secara on line
E/O optical Converter pengubah sinyal elektrik dan optical

Prinsip kerja alat in adalah mengubah sinyal elektrik digital (deretan bit) menjadi sinyal optik atau sebaliknya. Pada alat ini ada dua jenis interface yaitu ; Electrical Interface yaitu output/input yang berasal dari sinyal elektrik dengan kabel U/STP dan konektor RJ-45 berasal dari Hub/Switch atau Router, sedangkan Optical Interface yaitu menuju ke jaringan Fiber Optik, dimana Tx adalah output sinyal optik sedangkan Rx adalah sinyal Input yang berasal dari sinyal optik jaringan luar.
Secara skema pemasangan digambarkan seperti dibawah ini


Gambar Skema Pemasangan Jaringan LAN dengan menggunakan Fiber Optik 

Yang perlu diperhatikan bahwa pada umumnya spesifikasi teknik dari E/O converter outputnya Tx adalah sekitar 0,25 watt atau jika diukur dengan Optical Power Meter (OPM) adalah – 6 dBm. Sedangkan daya minimum yang harus diterima pada Rx adalah  atau yang disebut dengan Sensitive Receive Power (SRP) sekitar 0,05 watt atau -13 dBm.
Maka dengan demikian agar LossFiber Optik antara E/O converter satu dengan E/O converter yang satunya loss maksimum adalah -6 dBm – (- 13 dBm) = 7 dB.
 Oleh sebab itu saat membeli pastikan bahwa Loss Patchord harus kecil, pada umumnya Redaman Patchcord yang baru adalah  
Langkah lang pekerjaan adalah demikian :
  1. Siapkan patchcord baru yang dapat digelar dari lantai-1 ke lantai – x
  2. Jika diperlukan sambungan maka sambung dengan menggunakan adapter
  3. Lakukan Test Koneksi dengan VLS Visual Light Source atau senter optic.
                                         VLS untuk mengetest koneksi kabel optik
  4. Lakukan Test Loss dengan menggunakan OLS dan OPM  untuk mengetahui Loss patchcord
  5. Jika terjadi Loss yang sangat besar periksa kebersihan konektor, sambungan pada adapter dan kemungkinan terjadinya bending
  6. Hubungkan konektor patchcord pada E/O converter  secara silang yaitu Tx -à Rx dan Rx -à Tx
  7. Cek lampu Line pada E/O converter jika lampu menyala berarti konektivitas sudah berhasil. Jika tidak menyala kemungkinan sambungan kurang sempurna atau koneksi terbalik.
  8. Hubungkan E/O converter dengan Switch atau Router, dan E/O converter dengan Komputer.
  9. Lakukan pemeriksaan lampu Data pada E/O converter jika menyala maka sudah terjadi handshaking atau pertukaran protocol antara Switch/Router dengan Komputer, juka tidak menyala berarti kemungkinan ada beberapa masalah yaitu ; kabel UTP/RJ-45 tidak normal atau belum terkoneksi dengan ISP secara sempurna.
  10. Lakukan test konektivitas dengan Switch /Router dengan command ping dan lakukan browsing pada computer.
  11. Setelah berhasil browsing dengan computer silahkan pndahkan kabel UTP-RJ-45 dari computer ke Switch untuk dujadikan jaringan LAN.
Selamat mencoba.




Selasa, 12 September 2017

PENGENALAN MODULASI SPREAD SPECTRUM



Apa itu Modulasi Spread Spectrum.

Yang dimaksud dengan Modulasi Spread Spectrum adalah suatu teknik modulasi dimana sinyal informasi diberi  bit tambahan yang jumlahnya melebihi dari bit informasi yang aslinya. Sehingga lebar pita frekwensi yang dikirim mempunyai bandwidth atau lebar pita yang sangat besar.
Gambar -2 Spread Spectrum Vs Narrowband

Penggunaan Spread Spectrum ini diimplemantasikan pada jaringan Wireless LAN dan Wireless WAN, aau dengan kata lain teknologi modulasi Spread Spctrum sangat efekif digunakan untuk mengirim informasi dalam bentuk paket data.
Gambar-2 Prinsip Modulasi Spread Spectrum


Gambar - 3 Bandwidth Spread Spectrum Lebih lebar dibanding dengan Bandwidth Informarsi

Spread Spectrum menggunakan wide band dan noise like (pseudo-noise) signals. Karena signal Spread Spectrum bersifat noise like, mereka sulit terdetaksi. Spread Spectrum juga sulit diintercept atau didemodulate sehingga menjadi lebih aman. Transmisi Spread Spectrum sulit dijam dibandingkan dengan narrow band signals. Karena itu, teknik telekomunikasi ini digunakan oleh militer. Signal Spread Spectrum menggunakan fast codes yang menjalankan information bandwidth atau data rate beberapa kali. Kode spesial ini disebut pseudo random atau pseudo noise codes, karena kode ini muncul berupa random noise, tapi hal ini tidak ada hubungannya dengan random. Transmitter Spread Spectrum menggunakan tingkat kekuatan transmisi yang hampir sama dengan transmitter Narrow band, tapi karena signal Spread Spectrum terlalu lebar, mereka hanya bisa ditransmisikan  pada spectral power density yang lebih rendah jika dibandingkan dengan transmitter narrow band.
Spread  spectrum  merupakan  teknik  pengiriman  sinyal 
informasi yang menggunakan suatu kode untuk menebarkan 
spektrum energi sinyal informasi dalam pita frekuensi yang 
jauh  lebih  besar  dari  spectrum  minimal  yang  dibutuhkan 
untuk  menyalurkan  suatu  informasi.  Sistem  komunikasi 
spread  spectrum  ini  sangat  beguna  untuk  menekan  adanya 
gangguan  karena  data  yang  dikirimkan  bersifat  acak. 
Konsep  ini  didasarkan  pada  teori  C.E  Shannon  untuk 
kapasitas saluran [1] 
C = W log 2   (1+S/N)          (1) 
Dimana: C= Kapasitas kanal transmisi  
              W= Lebar pita frekuensi tansmisi 
               S= Daya Sinyal 
              N= Daya Nosie  

Beberapa kelebihan dari teknologi modulasi Spread Spectrum ;
  • 1.     Karena adanya tambahan bit yang melebihi jumlah bit informasi, sehingga sangat sulit untuk dilakukan penyadapan (anti interception)
  • 2.     Karena bandwidth frekwensinya sangat lebar sekali, sehingga sangat sulit dilakukan jamming.
  • 3.     Lebih kebal terhadap multipath fading, sehingga kualitasnya lebih bagus demikian juga kecepatan transmisinya (bitrate) lebih tinggi.
  • 4.     Dapat dikembangkan untuk Modulasi CDMA, dalam satu bandwidth spread spectrum bias terdiri dari beberapa spread spectrum dengan kode yang berbeda. 




    Prinsip Kerja
Pada spread spectrum, sinyal informasi yag akan dikirim setiap 1 (satu) bit akan disebar dengan bit tambahan atau yang disebut dengan spreading bit/ Pseudorandom code atau juga Barker Sequence, yang diproduksi dari suatu generator yang disebut Psuedo Noise Generator (PN Generator) Setiap 1 (satu) bit informasi akan disebar pada 11 (sebelas) spreading bit, dimana spreading bit ini akan selalu berubah ubah setiap saat.

Gambar-4 Pengiriman data Informasi dengan hasil Spread Spectrum

Deretan bit yang dipancarkan adalah merupakan hasil operasi dari 1 bit informasi XOR 11 bit spreading dari PN Generator
Operasi XOR adalah sebagai berikut 
0 xor 0 = 1
0 xor 1 = 0
1 xor 0 = 0
1 xor 1 = 1
Seperti pada gambar diatas jika bit informasi 1 maka akan disebar dengan pesudorandom code 11 bit (1011011000), bit "1" dengan operasi XOR akan menghasilkan sebaran bit 01001000111, smentara bit informasi "0" akan mengasilkan sebaran bit 0110111000.
PN Generator ini setiap pergantian dua bit akan berubah kodenya, sehingga salat sulit dilakukan interception atau penyadapan
Ada 3 (tiga) jenis Spread Spectrum yang digunakan untuk transmisi paket data Wireless Broadband, yaitu ;


  1. Direct Sequences Spread Spectrum atau DSSS
  2. Freqwency Hoping Spread Spectrum atau FHSS.
  3. Time Hoping Spread Spectrum atau THSS

Direct Sequences Spread Spectrum
yaitu  teknik  modulasi  dimana  data digital  dikodekan  dengan bit-bit  yang  mempunyai kecepatan lebih tinggi dari kecepatan data. Kode bit-bit tersebut  dibangkitkan  secara  random,  kode  bit tersebut juga  digunakan  pada  sisi  penerima  untuk mendapatkan 

sinyal informasi seperti semula. 
Gambar -5 
Pemancar pada DSSS
Pada pemancar DSSS sinyal dari PSK M-array akan ditambahkan bit bit dari pseudo noise yang jumlahnya lebih besar atau disebut dengan chip gain dimana 1 bit informasi menjadi 11 bit spread sepectrum


Gambar-6 Penerima pada DSSS
Pada penerima DSSS sinyal yang diterima dikurangi dengan bit Pseudo Noise yang sama dengan PN dari pemancar, sehingga menjadi bit sesuai dengan informasi yang asli


Freqwency Hoping Spread Spectrun

Freqwency Hoping yaitu Sinyal  yang ditransmisikan melingkupi beberapa frekuensi dalam satu waktu, masing-masing  untuk  satu periode  T h   (=1/R h ),  disebut  sebagai  dwell  time.  FHSS 
membagi bandwith yang ada ke dalam N kanal dan hop diantara kanal-kanal tersebut  menurut  PN  sequence.  Transmitter  dan  receiver  mengikuti  pola frekuensi hop yang sama. 

Gambar - 7 Prinsip kerja FHSS

Gambar-8 Contoh pengiriman k bit dengan FHSS

dimana setiap k-bit akan dikirim sesuai dengan tabel frekwensi, Jika k=3, maka harus tersedia 8 frekwensi yang berbeda. 
Gambar sekuensial pengiriman k-bit dengan 8 frekwensi\



Sabtu, 12 November 2016

Pointing Antenna VSAT dengan bantuan Grafis



Melakukan pointing antenna VSAT adalah mengarahkan posisi antena pada posisi Satelit yang dikehendaki, agar daya pancar dan daya terima optimal. Ada tiga pengaturan posisi antenna VSAT, yaitu sudut Azimuth, sudut Elevasi dan polarisasi Feed Horn.

Gambar-1

Gambar-2

Pada tulisan ini hanya dibahas penentuan sudut Azimuth dan Elevasi, karena kedua posisi ini adalah yang paling utama. Perhitungan Pointing secara teoritis menggunakan cara perhitungan trigoneometri yang cukup rumit. Untuk praktisnya yaitu menggunakan grafis seperti pada gambar-3.



Gambar-3


Yang dimaksud dengan sudut Azimuth adalah sudut yang dibentuk antara 00 (utara) dengan garis arah satelit Horizontal, yang dimulai dari Utara – Timur – Selatan – Barat – Utara. Sedangkan sudut Elevasi adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah  Satelit  Vertical, dimanan sudut 00 dimulai dari permukaan bumi. 
Pada gambar grafis diatas sumbu vertikal (Earth Terminal Latitude) adalah posisi garis Lintang posisi Terminal VSAT yang dibumi atau juga disebut dengan Latitude`
Sedangkan Garis sumbu horizontal=L adalah garis selisih garis bujur Satelit  dengan garis bujur Terminal VSAT, dan harganya diambil mutlak atau selalu + (absolute). 
Pada gambar grafis terdapat dua garis lengkung yaitu a= kofisien Azimuth dan E = sudut elevasi.
Perlu diketahui bahwa posisi satelit komunikasi selalu pada garis lintang 0 atau latitude =0, maka tidak perlu ditulis 
Kedua garis lengkung tersebut  mempunyai nilai dai 00 sampai dengan 900, artinya jika lebih maka pointing tidak dapat dilakukan karena pancaran dan penerimaan gelombang radio tidak akan optimal.
Latihan :
Misalkan 
Hitung Sudut Azimuth dan Elevasi suatu antenna VSAT yang posisi koordinat berada pada 155 Bujur Timur (east) dan pada 6 Lintang Selatan atau -6 South.. Sedangkan posisi satelit pada Garis 110 Bujur Timur atau 155 East.
Gunakan tabel pada gambar-2

Langkah pertama :
Buat sketsa kasar seperti gambar no-4

Gambar-4

Langkah-2
Buat garis potong antara sumbu Vertical dengan Horizontal pada gambar grafis

Gambar-5

Langkah ke-3
Dari titik potong kedua garis buat garis lengung yang sejajar dengan garis a dan garis E. dan tentukan nilai a dan E


Gambar-6

Dari gambar 6, tersebut diatas maka nila kofisien azimuth a= 43 derajad dan E atau sudut Elevasi = 82 derajad.

Langkah - 4 
Menenntukan sudut Azimuth, dari gambar 4 sketsa Satelit posisinya di selatan dan Satelit posisinya berada sebelah barat dari VSAT

Gambar-7

Dari gambar-7 maka sudut Azimmuth menggunakan rumus 360 derajad - 43 derajad = 317 derajad

Langkah - 5
Gambarkan rencana pekerjaan pointing antenna sesuai dengan sudut Azimuth dan Elevasi seperti pada gambar -8


Gambar-8


Untuk gambar langkah langkah diatas silahkan download


Minggu, 09 Oktober 2016

Mengukur Loss dengan menggunakan OLS dan OPM

Mengukur Loss suatu peralatan pasive pada sistem komunkasi serat optik, sangat diperlukan. Karena untuk mengetahui karateristik dari alat tersebut, kegunaan mengukur loss pada peralatan pasive pada sistem komunikasi serat optik adalah, untuk ;

  1. Mengetahui apakah peralatan tersebut sesuai standard teknis untuk operasional.
  2. Mengetahui apakah peralatan tersebut mengalami gangguan teknis.
Alat yang digunakan adalah ;
Optical Light Source, yaitu suatu suatu alat yang berfungsi sebagai pemancar sinyal optik.Alat ini adalah memancarkan sinar LASER, dengan Class yang sudah ditetapkan oleh pabrik
pembuatnya, pada umum ya menggunakan Laser Class-1 = -4 dBm dan Class-2 = 0 dBm. Pada OLS terdapat simbol radiasi LASER, yang menandakan bahwa dilarang menatap langsung sumber sinar LASER (adapter out/in) karena dapat mengakibatkan kerusakan retina mata.
 Pada OLS terdapat beberapa setting yaitu ; Lambda/ atau panjang gelombang :
  1. 850 nm digunakan untuk mengukur multimode
  2. 1310 nm digunakan untuk mengukur singlemode dengan jarak yang relatif pendek (10 km). 
  3. 1550 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan jarak jauh backbone (diatas 10 km)
 Setting Mode :
untuk mengukur fiber optic jenis singlemode gunakan CW = Continous Wave, sedangkan jenis Multimode guakan 270 Hz

2. Optical Power Meter (OPM).
Alat ini adalah berfungsi sebagai penerima sinyal optik, Kegunaan dari OPM adalah untuk ;
  1. Menerima Sinyal Optik.
  2. Merubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik dan diukur dalam skala dBm.
  3. Menampilkan hasil pengukuran pada display


 Proses Mengukur Loss.
Dalam hal ini contoh mengukur loss suatu patchcord.

1. Siapkan patchcord yang akan diukur
2. Siapkan OLS yang sudah diketahui class Laser pemancar,misal class-1

3. Pasang Patchcord yang akan diukur pada OLS dan OPM.
4. Pastikan semua konektor terpasang pada adapter dengan tepat, jangan sampai longgar.
5. Hidupkan power (ON) OPM dan OLS

6. Lakukan setting pada OLS yaitu 1) Panjang Gelombang misal 1.310 nm 2) Mode = CW dan lakukan setting pada OPM yaitu 1Panjang Gelombang = 1.310 nm.
6. Amati display pada OPM, misal = -6,99 dBm (nilai tersebut adalah PRx)


7. Lakukan perhitungan dengan menggunakan rumus PRx = PTx - Loss
    atau Loss = PTx - PRx
            Loss = (class-1) - (-6,99 dBm)
            Loss = -4 dBm + 6,99 dBm
            Loss = 2,99 dB dibulatkan menjadi 3 dB

8. Maka artinya loss patchcord yang diukur adalah = 3 dB.

Minggu, 02 Oktober 2016

Mengenal Kelas Laser pada transmitter sistem Komunikasi Serat Optik

Transmitter atau Pemancar pada sistem komunikasi serat Optik yang menggunakan cahaya Laser, dalam data teknik terkadang tidak dicantumkan power atau daya sinyal yang dipancarkan, namun hanya diberi tanda Laser Class-1. Tulisan ini memberikan data tentang class Laser yang digunakan sebagai pemancar pada sistem komunikasi serat Optik.
Berdasarkan standard dari ANSI (American National Standard Institute) seri Z-136 dikalasifikasikan menjadi 4 class, yaitu sebagai berikut;
Class - 1    = - 4 dBm atau 0,4 mW
Class -2    = 0 dBm atau 1 mW
Class 3R  = 7 dBm atau 5 mW
Class 3 B = 27 dBm atau 500 mW= 1/2 W
Class 4 = diatas 27 dBm, namun pada umumnya 30 dBm atau 1 Watt

contoh : label pada Optical Light Source (OLS) seperti pada gambar dibawah ini
maka artinya OLS tersebut mempunyai daya pancar PTx = 0 dBm atau 1 milliWatt
Perhatikan tanda bahaya ; pada laser kelas-2 sudah tidak diperkenankan untuk menatap langsung sumber cahaya karena dapat merusak mata, cahaya LASER yang dipancarkan tidak nampak oleh mata.

Sedangkan untuk LASER kelas yang berdaya pancar setidaknya 1 Watt sangat membahayakan untuk tubuh, misal mengenai kulit akan menimbulkan radiasi yang mempengaruhi kesehatan




Daftar istilah pada Sistem Komunikasi Serat Optik



Acceptance  test
Uji terima untuk menguji apakah sistem sudah sesuai dengan spesifikasi fungsional
Aramid yarns
Bahan sintetik yang berfungsi sebagai pelindung pada fiber optik
Attenuasi
Pelemahan daya optik yang disebabkan oleh rugi-rugi pada fiber optik biasanya memakai satuan dB (desibel)
Backbone
Saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan, didesain untuk kapasitas data yang besar dan dan komunikasi jarak jauh
Bare fiber adapter
Konektor sementara untuk menghubungkan fiber optik yang belum dipasang konektor kea lat ukur (misalnya OTDR)
Buffer coating
Komponen yang digunakan untuk membungkus satu atau lebih serat optik untuk menyediakan fungsi-fungsi seperti isolasi mekanik, perlindungan dari kerusakan fisik dan identifikasi serat
Cladding
Bagian dari struktur fiber optik yang nilai indeks biasnya lebih kecil dari indeks bias core
Core



Core Network
1.Bagian dari struktur fiber optik tempat perambatan cahaya (inti)
2.Bagian dari kabel fiber optik yang menunjukkan jumlah fiber optik yang  ada di dalamnya
Jaringan serat optik untuk penghubung pusat layanan utama telekomunikasi (node), biasanya digunakan antar kota atau antar metro

Crimp sleeve
Bagian dari konektor fiber optik yang berbentuk tabung yang berfungsi untuk menjepit fiber optik
Crimp tool
Alat untuk menjepit crimp sleeve pada fiber optik
Data sheet
Dokumen yang berisi data dan spesifikasi alat atau bahan tertentu

dB
Desibel, satuan pengukuran daya optik yang menunjukan daya relatif pada skala logaritmik
dBm
Desibel mili watt, satuan daya optik relatif terhadap daya sebesar 1 mili watt pada skala logaritmik. Daya sebesar 0 dbm didefinisikan sebagai 1mW (mili watt)
Endclosure/Joint closure/ Universal Closure(UC)

Pelindung sambungan fiber optik
e-book
Buku elektronik
Fiber Inspection Microscope
Alat sejenis mikroskop yang digunakan untuk melihat permukaan fiber pada konektor fiber optik
Fiber optik
Media transmisi cahaya yang terbuat dari gelas yang digunakan sebagai sebagai saluran komunikasi. Fiber optik sering juga disebut sebagai serat optik
Fiber stripper
Alat yang berfungsi untuk mengupas fiber optik
Fusion splicer

FTTx


GPON
Mesin yang digunakan untuk menyambung fiber optik

Fiber to the x , Jaringan Serat Optik yang digunakan untuk melayani pada lokasi x ( Z=zona ; C = curb ; H = home)
Gigabits Passive Optical Network, adalah suatu sistem jaringan layanan pelanggan telekomunikasi menggunakan kabel serat optik dimana jaringan luar out door bersifat pasif auat tanpa mengguunakan catuan listrik
Instruction manual
Buku pedoman/petunjuk pengoperasian suatu peralatan
Jacket
Lapisan resin yang berbahan plastik sebagai pelindung kabel fiber optik
Joint box
Kotak yang berfungsi untuk menyimpan sambungan fiber optik
K3
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja
Komisioning
Serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian fungsi suatu peralatan atau sistem untuk membuktikan bahwa peralatan atau sistem dipasang dengan benar dan karakteristiknya memenuhi spesifikasi dan secara keseluruhan memenuhi fungsi teknisnya sehingga aman dan siap dioperasikan
Konektor
Alat yang berfungsi sebagai penghubung antar kabel fiber optik atau dengan alat lainnya
Last mile
Komponen infrastruktur jaringan yang langsung berhubungan dengan pengguna
Log book
Buku catatan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan
Log sheet
Lembar kerja pencatat unjuk kerja operasi suatu peralatan
Manhole
Tempat penarikan, penyambungan dan pemeliharaan kabel fiber optik yang berada di halaman gedung atau trotoar jalan di bawah pengawasan dan pengelolaan para pihak

Macro bending loss
Rugi yang terjadi akibat pembengkokan kabel fiber optik
Mechanical splice
Komponen untuk menyambung fiber optik
Metro
Jaringan yang mencakup wilayah metropolitan (kota besar)
Multi mode
Serat optik yang memiliki diameter core 50µm atau 62,5 µm
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer)
Alat yang menggunakan prinsip pantulan atau hamburan balik cahaya yang berfungsi antara lain untuk menguji instalasi fiber optik atau untuk mengukur rugi-rugi
OTDR trace
Gambar yang berisi informasi mengenai hasil pengukuran OTDR
Power meter
Alat yang digunakan untuk mengukur daya sumber cahaya
Polishing film
Bahan yang digunakan untuk memoles permukaan fiber optik supaya memenuhi syarat kerataan
Protection sleeve
Plastik khusus untuk melindungi sambungan fiber optik
Pulling
Pekerjaan penarikan kabel fiber optik
Report sheet
Lembar laporan hasil pekerjaan
Route

Return Loss
Jalur yang dilalui kabel fiber optik

Besarnya redaman yang menahan sinyal optik yang membalik atau kembali ke Tx. 
Single mode
Serat optik yang memiliki diameter core lebih kecil dari 10µm
Spare loop
Gulungan kabel yang disediakan untuk antisipasi keperluan penambahan panjang
Splicing loss
Nilai rugi sambungan
SOP (Standard Operating Procedure)
Pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang dalam organisasi berjalan secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis
Tool box
Kotak tempat penyimpanan peralatan untuk mendukung pekerjaan
Total loss
Nilai rugi total
Tray
Tempat untuk menyimpan dan melindungi sambungan fiber optik
Troubleshooting
Pencarian sumber masalah secara sistematis sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan
Two Point Loss
Pengukuran rugi daya di antara dua titik/ lokasi
Wireless
Teknologi komunikasi tanpa kabel
Zero Offsett Adjustment
Pengaturan nilai nol sebelum melakukan pengukuran daya optis menggunakan power meter

Istilah pada Jaringan FTTH

Aerial Distribusi                 : Kabel udara fiber optik yang diterminasi di ODC dan ODP
Aerial Drop                         : Kabel udara fiber optik yang diterminasi di ODP dan OTP
Cable Shaft                         : Adalah suatu jalur kabel vertikal utama dalam suatu gedung
Ceiling Support                  : Adalah suatu konstruksi pendukung runway yang dipasang menempel di langit-langit.
Chamber                             : Adalah suatu ruangan yang dibangun dibawah ruangan FTM (Fiber      Termination Management), yang merupakan tempat untuk mengatur  jalannya kabel FO dari luar menuju ke ODF (Optical Distribution Frame).
Conduit/Duct                     : Adalah suatu raiseway yang memiliki bentuk penampang melingkar.
Kabel Distribusi                 :Kabel fiber optik yang diterminasi di ODC dan ODP
Kabel Drop                         : Kabel fiber optik yang diterminasi di ODP dan OTP
i-ODN                                 : Distribusi Jaringan kabel fiber optik mulai dari OLT sampai ONT yang                                               terintegrasi.
Kabel Feeder                     : Kabel fiber optik yang diterminasi di ODF dan ODC
Kabel Indoor                     : Kabel fiber optik yang diterminasi di OTP dan Roset optik.
Ladder                                : Adalah konstruksi untuk menambatkan kabel yang berbentuk seperti                                                    tangga.
Kabel Duct                          : Kabel tanah yang dalam pemasangannya harus diletakkan dalam pipa- pipa dibawah permukaan tanah (STEL-K008 dan STEL-K009) atau STEL yang berlaku.
Kabel Tanam Langsung     : Kabel tanah yang dalam pemasangannya ditanam secara langsung dibawah permukaan tanah (STEL-K-007) atau yang berlaku.
Kabel Tieline                      : Kabel-kabel yang dipasang untuk menghubungkan antara dua perangkat jaringan yang berbeda tetapi dalam satu level.
ODC (Optical Distribution Cabinet) : Tempat terminasi antara kabel feeder dan kabel kabel distribusi